Rabu, 28 Agustus 2013
Diketik Oleh si....
galihmaulanas
jam..........
10.15
Label:
Anak-anak,
Curhat,
Dewasa,
Remaja,
Standar
Setelah
sekian tahun terjebak di desa yang kecil ini akhirnya untuk kali pertama, gue
berani tembus ke yang lebih kota (sombong), gue lanjut sekolah ke SMA populer
di kota gue, ya karena gue sekolah di sana jadi menurut gue sekolahan gue ini memang
sekolahan populer, gue sekolah di jaman yang kali ini memang alay, karena
kealayannya itu gue juga jadi ikut-ikutan alay, kalau kalian pikir alay-alayan
gue itu dengan cara berfose menggunakan kamera HP di atas sih itu sudah biasa,
kuno, basi!, gue melakukan hal ekstrim lainnya sob, gue berfose dengan gaya sok
sok-an model gitu, gak pernah nyadar kalo selama ini gue itu gembrot, cebol dan
penuh jerawat (jijik), gue tetep pede berfose gaya model, ah itulah kealayan
gue dalam dunia perfotoan, ada lagi yang tak kalah menjijikannya dari gue, gue
selalu berlaga sok imut di depan guru gue, lo tahu sendirikan jaman dulu banyak
anak cewe yang berlaga sok imut di depan gurunya dengan ngomong menyerupai anak
kucing kejepit, nah! Itu juga gue lakuin sob, supaya dapat perhatian lebih dari
guru, gue ngomong dengan berlaga imut dan dengan suara kucing kejepit, karena
gue bukan cewe dan cowo juga setengah mateng, alhasil sang gurupun jijik
melihat tingkah gue yang seperti itu, dia menyuruh gue push up biar gue agak machoan
dikit, guru itu benar, gue harus rubah sikap gue yang berlenje-lenje ini,
akhirnya gue berubah (masih di jaman alay), gue berubah menjadi pria macho
dengan sok-sokan urakan dan sedikit agak liar, gue berani menjadi pria yang
benar-benar pria dengan selalu mengintipi anak gadis yang sedang ganti baju,
namun hal itu di mata guru gue masih salah, kenapa selalu salah? Apa yang harus
gue perbuat? Gue berlaga macho salah, centil kecewe-cewean juga salah? Ternyata
memang dasarnya gue oon jadilah seperti ini, untuk merubah sikap gue yang kali
ini terlihat agak berbahaya, gue bergabung dengan anak mesjid, konon katanya
anak mesjid banyak di sukai anak cewe, karena hingga saat itu gue masih jomblo,
gue mencoba untuk menjadi anak mesjid yang gak alay dan kalem, kebetulan saat
gue SMA, melejit film berbau islam yang menginsfirasi anak muda untuk menjadi
lebih baik, ‘Ayat-ayat Cinta’ itu film pedoman gue, si tokoh utama yang bernama
Fachri ini adalah tokoh yang benar-benar berbeda, dia tidak pernah sama sekali
bersentuhan dengan pria, dan tentunya hal itu disukai banyak anak gadis, gue
mencoba untuk menjadi si Fachri ini, gue rubah sikap gue, rubah penampilan gue,
agar terlihat sama seperti dia, tapi hal ini justri di benci oleh teman-teman
cewe gue, katanya gue terlalu lebay, masa di sentuh sedikit teriak, istighfar,
dan lari tunggang langgang. Ada satu kejadian saat gue merasa gue seperti
Fachri, gue sedang belajar di dalam kelas, tiba-tiba ada pelajaran Bahasa
Indonesia dan materi untuk saat itu tentang drama, sang guru menyuruh gue untuk
beradu ekting dengan salah seorang teman gue, cewe, jelas gue menolak, gue gak
mau harga diri gue terinjak-injak dengan memegangnya (lebay) sang guru itu
kehabisan akal dan diapun menyerah terhadap pendirian gue, dan hasilnya nilai
Bahasa Indonesia gue jeblog (ironis ketiga).
Di
jaman batu yang keren ini, tentunya gue gak terlalu naif juga untuk merasakan
cinta, gue pernah jadian sama satu cewe yang menurut gue kecenya luar biasa,
jarang-jangan kan ada cowo gembrot kaya gue dicintai sama cewe cantik kaya dia,
biar gue deskripsikan paras cantiknya itu ya, nama cewe gue ini Dina, dia
sekolah di sekolah yang berbeda sama gue, gue pacaran baru pertama kali,
sedangkan dia udah beberapa kali, mukanya oriental seperti susu kental manis
full cream, badannya six-pack kaya biola Spanyol, dan hobinya jalan-jalan,
karena dulu gue tiap kali sekolah suka bawa motor, jadi kadang kami pergi
bersama, jelas gue nganterin dia dulu ke sekolahnya, orangnya gak ribet, dia
gak kaya cewe kebanyakan yang ribetnya luar binasah, dia gak pernah mau minta anter
ke sana ke sini, mandiri abis deh, pokoknya dia sempurna banget bagi gue, cara
pacaran kami juga berbeda dari biasanya, hanya perlu jalan-jalan ke Mall dan
diem di tempat gamezone, nah di sanalah kami berpacaran, gue sibuk maen game
balap motor, dan dia asik dengan game joget-jogetan, setelah beres kita
langsung pulang dan selama perjalanan kita saling tanya menang berapa kali,
gitu aja sih pacaran gue, keren gak? (garing). Namun sob, ternyata dia
bukanalah jodoh gue, naas bagi gue ketika menjelang usia yang ke tujuh bulan,
cewe gue meninggal, sedih kan? Gue sih sedih banget kehilangan dia, cewe yang
benar-benar tipe gue banget, gak ada tuh cewe kece sekeren dia dan sama oonnya
dengan gue yang mampu buat hari-hari gue indah di gamezone, semenjak saat itulah
gue gak pernah main ke gamezone lagi, gue lebih memilih murung di kamar sambil
maen PS 2.
Galih Maulana Septian, 28 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Curcolll:
Posting Komentar